Kamis, 22 Agustus 2013

Kenapa Kamu Lepas Jilbab mu?



Dear my lovely,

Saya selalu ingat saat-saat kamu mengeluhkan  mahkota indahmu, yang katamu jelek itu, lalu kamu ubah bentuknya dengan pergi ke salon. Kau luruskan rambut ikalmu yang sedikit liar dan sering mengembang itu,haha. Kemudian zat-zat kimia yang mendiami tiara mu itu perlahan mulai luntur...rambut kamu kembali ke bentuk aslinya,iya, yang saya bilang tadi :p

Kemudian entah karena malu dengan sekelilingmu, atau karena kamu mulai memahami maksud Sang Pencipta-Mu, kamu mulai berlatih menutup mahkotamu dengan selembar kain. Tidak hanya saat di kampus, tapi juga saat berpergian ke mall atau pergi makan ke pusat jajan dekat kosan kita. Kamu berlatih untuk terus menggunakan kerudung itu, dan diam-diam saya selalu mendoakan untukmu agar kamu selalu istiqomah menutup auratmu.

Bulan berganti. Saya ditakdirkan tidak selalu bersama mu. Kita cuma bisa berkomunikasi lewat smartphone kita, atau lewat aplikasi chatting yang makin menjamur itu. Saya sebenarnya kaget saat melihat foto-foto kamu yang memang jarang kamu ganti itu. Kemana perginya gadis berkerudung yang saya kenal itu?

Panas, dhit. Alasan pertama. Saya tak bisa menyalahkannya. Memang kota yang kamu tinggali sekarang sangat menyengat. Tapi tahukah kamu,kawan, api neraka jauh lebih panas dari pancaran sinar matahari kotamu... Kamu tertipu rayuan setan itu.

Ribet!  Alasan terbanyak kedua. Siapa suruh ribet? Allah kan ga nyuruh pake dililit-lilit plus pake pin-pin lucu plus ribuan jarum pentul,toh?

Orang tua kadang suka nyuruh ga usah pake, dhit. Pernah dengar, ridho Allah ada di ridhonya orang tua. Tapi tahukah kamu, kawan, perintah itu datang dari Allah SWT langsung. Malah harusnya kamu yang melawan tipuan setan yang berhasil membius orang tua mu. Astagfirullah, saya pernah nasehatin kamu untuk selalu mendoakan orang tua mu,kan?  Saya bantu doa juga dari sini,ya

Hehehe....dimarahin dhita... Eh, jawaban macam apa itu? HUAAAAAAAAA. Sedih :’(

Kenapa kamu lepas jilbab mu?


Memang sih,jilbab yang kamu pakai, bahkan yang saya pakai belum sesuai dengan yang Allah pinta.
Panjang menutup dada. Kadang ketutup, kadang engga.
Longgar, tidak menonjolkan lekuk tubuh. Baju yang dipake kan baju dari  jaman “jahiliyah” dulu. Wajar kan agak ketat-ketat dikit.
Tidak menyerupai laki-laki. Ah ribet pake rok,takut kesribet sendiri.
Seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Nanti gw dibilang istri teroris lagi?

Dan sekian banyak alasan lainnya.
Iya, susah sih. Apalagi yang hidupnya jauh dari agama.
Tapi percayalah, kawan. Semua ada balasannya.

Dan satu yang selalu saya ingat kalau keimanan sedang turun. Saat ingin melenceng dari aturan Islam. 
Bahwa Islam sangat menghormati kedudukan setiap wanita yang beragama Islam. 
Ingat analogi permen yang tertutup bungkusnya utuh dengan permen yang sudah dibuka bungkusnya? Wanita Islam atau Muslimah adalah permen yang tertutup bungkusnya. Rapi, tidak dikerubungi lalat-lalat kotor dan bau. 
Karena mereka menutup auratnya, mereka berusaha menjaga kehormatan dirinya sehingga dijauhkan dari fitnah. Mereka sadar dirinya begitu berharga, sangat mahal. Mahal, kawan. Wanita murahan bukan dari golongan kita. Remember that!


Oh iya, untuk definisi jilbab dan kerudung. Sebenarnya saya masih sering tertukar. Kalau kata ust. Felixsiauw dkk  jilbab itu gamis, sedangkan yang biasa kita sebut jilbab atau kerudung itu disebut khimar.

Saya bukan muslimah yang sempurna. Masih belajar dan terus belajar untuk memperbaiki diri. Masih bandel pamer kaki tanpa kaus kaki. Masih bandel bikin  punuk unta di kepala. Masih bandel pake baju atau celana ketat. Hehehe.

Curhatan ini cuma ingin berbagi kesedihan saya sebagai seorang sahabat. Apa saya gagal menjadi sahabat yang baik? Menegur dengan halus sudah saya lakukan, sisanya saya cuma bisa mendoakanmu dari sini, kawan.

Pakai lagi jilbabmu, tutup lagi auratmu, sampai maut menjemput...


Aamiin


*terinspirasi dari buku terbaru Ust. Felixsiauw "Yuk Berhijab, Hijab tanpa Nanti- Taat tanpa Tapi"