Senin, 18 Agustus 2014

Renungan dalam Angkot

Kejadiannya bener-bener barusan..haha

Ceritanya saya naik angkot alias angkutan kota 07 dari terminal depok ke arah jembatan serong. Di tengah perjalanan naik anak perempuan berseragam putih merah mengenakan jilbab. Dari imut suaranya mungkin dia kelas 1 atau 2 SD. Dia naik angkot sendirian. Kira-kira jam 10 pagi, pulang sekolah mungkin. Beberapa menit kemudian naik anak perempuan yang berseragam sama, bedanya anak ini ditemani ibunya. Sepertinya kedua anak ini saling kenal, saya bisa mendengar mereka memanggil nama Jeni dan Indah. Yang sendirian namanya Indah. Yang ditemani ibunya namanya Jeni.

Terdengar percakapan antara Indah, Jeni dan Ibu Jeni

Ibu Jeni: Indah sendirian? Tuh, Jeni, Indah berani sendirian..ga ditemenin ibunya, apalagi ditungguin
Jeni: *nyengir*
Indah: Jeni masih ditungguin pas sekolah? Aku mah dari tk kaya gini..
Ibu Jeni: tuh, Jen

Beberapa lama kemudian Ibu Jeni menyetop supir angkot lalu membayar. Bayarannya dilebihkan untuk Indah.

Dalam hati saya membatin, deket banget sekolah sama rumahnya Jeni. Tapi Jeni ga berani sendirian apalagi masih ditungguin di sekolahnya. Sementara Indah, jarak dia turun ga terlalu jauh dari rumah Jeni. Tapi dia bilang dari tk udah "begini"

Hati saya yang lembut ini *dilarang muntah* jadi terharu ngelihatnya. Umur segitu, pake jilbab, pergi pulang sekolah tanpa diantar orang tua, naik angkutan umum pula. Kalau soal jaraknya dekat, temannya yang diantar ibunya malah lebih dekat jaraknya. Hebat sekali kamu, Indah. Sepertinya saya belum bisa naik angkot sendirian seumur kamu. Jangankan naik angkot deh, nyebrang jalan aja ga berani. Salute!

Jadi inget soal naik angkot begini. Ga semua orang yang saya kenal, baik teman dan keluarga, bisa dan mau untuk naik angkot. Bahkan banyak yang belum pernah naik angkot sekalipun. Kadang saya masih terheran-heran mendengarnya. Saya cuma bisa menyimpulkan satu hal. Cara didik orang tua memang berbeda-beda. Ada yang memaksa anaknya untuk mandiri, tega melepaskan anaknya kotor-kotoran berhias debu, tapi tetap mengawasi dengan harap-harap cemas. Di lain pihak ada yang selalu menginginkan anaknya mendapat fasilitas terbaik, apapun itu, misalnya lebih baik mengeluarkan uang lebih banyak agar anak nyaman dengan antar-jemput supir pribadi atau diantar sendiri oleh orang tuanya. Semua sisi ada baik buruknya, semua cara toh tetap menunjukkan kasih sayang orang tua terhadap anaknya.

Kamu dididik dengan cara yang mana? :)

#FYI setelah Indah turun saya melamun memikirkan kemandirian anak itu dan akhirnya tujuan saya terlewatkan :( saya turun dan jalan agak jauh untuk sampai di tujuan. Huhah..capek. Kisah Indah mengalihkan perhatianku :')