Rabu, 08 April 2015

Everything has Changed

Bukan..ini bukan soal cinta seperti yang dinyanyikan secara duet oleh Taylor Swift dan Ed Sheeran.

Saya mulai sadar, semuanya perlahan berubah.

Saya mulai kehilangan sahabat-sahabat saya, satu per satu. Bukan dalam denotasi sih, ini konotasi.
Haha, jadi inget pelajaran bahasa Indonesia pas SMP. Denotasi itu makna sebenarnya. Konotasi lebih ke kiasan, atau analogi, atau perumpamaan. Kalau salah maaf ya, intinya gitu deh :D

Perlahan tapi pasti satu satu meninggalkan status pacarannya ke jenjang lebih tinggi: pernikahan.
Okelah banyak di antara mereka setahun atau dua tahun lebih tua di atas saya. But suddenly I feel like hello~isn’t it too fast? Or is it just time flies so fast? Sampai saya menghitung berapa banyak “bahan” seragam bridesmaid yang saya terima. Sudah lebih dari lima, mungkin sebentar lagi mencapai sepuluh.

Sedih? SANGAT.

Ah Dhita, sensitif banget sahabat kawin kok lo yang sedih sih....

Entahlah, sedih. Sahabat yang satu ini dekat dari SMA, dan semenjak dapat tugas internship di kota yang cuma berjarak 62 km dari rumahnya, udah ngga terhitung berapa kali saya nginep di rumahnya. Main sama ponakan-ponakan cerdasnya yang cantik-cantik. Bercanda sama bapak ibunya, kakak-kakak iparnya. Feels like home :’)

Sampai kemudian hari yang ditunggu-tunggu itu tiba. Saya ngga bisa datang di akad nikahnya—biasa, dapat shift IGD yang ga bisa dituker sama teman lainnya. Dan di hari resepsi saya tercengang...waaahhh tamu undangannya banyak sekali. Wajar sih sang bapak sahabat saya orang yang dikenal sangat baik dan suka menolong. Budaya jawanya kental sekali. Rasanya ingin mengambil melati yang ada di rangkaian rambutnya, biar cepat nyusul, kata kakak iparnya. Tapi niat hanya tinggal niat, undangan yang antri salaman sudah berbaris panjang.

Kami foto bersama teman-teman SMA lainnya. Nah, the very moment-nya itu pas saya lagi makan salah seorang teman nyeletuk “Ta, ga bisa tidur bareng yuyun lagi dong? Udah punya suami sekarang”----di situ saya merasa sangat sedih. Alamak, bener juga. Saya ga bisa nginep di rumah itu lagi...ga bisa seenaknya datang terus masuk kamarnya terus cerita-cerita terus..terus..terus...

Hari berganti. Beberapa kali dihubungin dan ternyata, iya gitu deh. Memang status istri jauh berbeda dengan status lajang. Sulit sekali menemui kamu, sahabat. Yasudah aku bisa apaaahhh:’)

Lalu tentang sahabat yang lainnya. Yang satu ini dua tahun lebih tua dari saya. Tapi seringan saya bully, jarang manggil pake kak, sering tidur bareng pas koas dan dai rajin nginep di rumah saya di jakarta- terutama kalau besoknya ada ujian dan dia belum belajar :3

Tiba-tiba sekali wanita satu ini mulai masuk ke tahap serius dengan seorang pria dan baru tadi pagi dia bilang bakal diadakan pertemuan keluarga weekend ini. Aaaaaakk happy to hear that. Tapi kemudian sedih menghinggapi diri *tsaahh

Sedih lagi

Saya masih punya sahabat lainnya yang masih single kok, tapi perlahan tapi pasti mereka akan bosan dengan status pacarannya, dan pasti bakal menikah. Lalu kamu kapan, Dhita?