Dear my lovely,
Saya selalu
ingat saat-saat kamu mengeluhkan mahkota
indahmu, yang katamu jelek itu, lalu kamu ubah bentuknya dengan pergi ke salon.
Kau luruskan rambut ikalmu yang sedikit liar dan sering mengembang itu,haha. Kemudian zat-zat kimia yang
mendiami tiara mu itu perlahan mulai luntur...rambut kamu kembali ke bentuk
aslinya,iya, yang saya bilang tadi :p
Kemudian
entah karena malu dengan sekelilingmu, atau karena kamu mulai memahami maksud
Sang Pencipta-Mu, kamu mulai berlatih menutup mahkotamu dengan selembar kain. Tidak
hanya saat di kampus, tapi juga saat berpergian ke mall atau pergi makan ke
pusat jajan dekat kosan kita. Kamu berlatih untuk terus menggunakan kerudung
itu, dan diam-diam saya selalu mendoakan untukmu agar kamu selalu istiqomah
menutup auratmu.
Bulan berganti.
Saya ditakdirkan tidak selalu bersama mu. Kita cuma bisa berkomunikasi lewat smartphone kita, atau lewat aplikasi chatting yang makin menjamur itu. Saya sebenarnya
kaget saat melihat foto-foto kamu yang memang jarang kamu ganti itu. Kemana perginya
gadis berkerudung yang saya kenal itu?
Panas, dhit. Alasan pertama. Saya tak bisa
menyalahkannya. Memang kota yang kamu tinggali sekarang sangat menyengat. Tapi tahukah
kamu,kawan, api neraka jauh lebih panas dari pancaran sinar matahari kotamu...
Kamu tertipu rayuan setan itu.
Ribet! Alasan terbanyak kedua. Siapa suruh ribet? Allah kan ga nyuruh pake dililit-lilit plus pake pin-pin lucu plus ribuan jarum pentul,toh?
Orang tua kadang
suka nyuruh ga usah pake, dhit.
Pernah dengar, ridho Allah ada di ridhonya orang tua. Tapi tahukah kamu, kawan,
perintah itu datang dari Allah SWT langsung. Malah harusnya kamu yang melawan
tipuan setan yang berhasil membius orang tua mu. Astagfirullah, saya
pernah nasehatin kamu untuk selalu
mendoakan orang tua mu,kan? Saya bantu doa juga dari sini,ya
Hehehe....dimarahin
dhita... Eh,
jawaban macam apa itu? HUAAAAAAAAA. Sedih :’(
Kenapa kamu lepas jilbab mu?
Memang sih,jilbab
yang kamu pakai, bahkan yang saya pakai belum sesuai dengan yang Allah pinta.
Panjang menutup
dada. Kadang ketutup, kadang engga.
Longgar,
tidak menonjolkan lekuk tubuh. Baju yang dipake
kan baju dari jaman “jahiliyah” dulu. Wajar
kan agak ketat-ketat dikit.
Tidak menyerupai
laki-laki. Ah ribet pake rok,takut
kesribet sendiri.
Seluruh tubuh
wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Nanti gw dibilang istri teroris lagi?
Dan
sekian banyak alasan lainnya.
Iya,
susah sih. Apalagi yang hidupnya jauh dari agama.
Tapi percayalah,
kawan. Semua ada balasannya.
Dan satu
yang selalu saya ingat kalau keimanan sedang turun. Saat ingin melenceng dari
aturan Islam.
Bahwa Islam sangat menghormati kedudukan setiap wanita yang
beragama Islam.
Ingat analogi permen yang tertutup bungkusnya utuh dengan
permen yang sudah dibuka bungkusnya? Wanita Islam atau Muslimah adalah permen
yang tertutup bungkusnya. Rapi, tidak dikerubungi lalat-lalat kotor dan bau.
Karena mereka menutup auratnya, mereka
berusaha menjaga kehormatan dirinya
sehingga dijauhkan dari fitnah. Mereka sadar dirinya begitu berharga, sangat mahal. Mahal, kawan. Wanita murahan bukan
dari golongan kita. Remember that!
Oh iya,
untuk definisi jilbab dan kerudung. Sebenarnya saya masih sering tertukar. Kalau
kata ust. Felixsiauw dkk jilbab itu
gamis, sedangkan yang biasa kita sebut jilbab atau kerudung itu disebut khimar.
Saya bukan
muslimah yang sempurna. Masih belajar dan terus belajar untuk memperbaiki diri.
Masih bandel pamer kaki tanpa kaus kaki. Masih bandel bikin punuk unta di kepala. Masih bandel pake baju
atau celana ketat. Hehehe.
Curhatan
ini cuma ingin berbagi kesedihan saya sebagai seorang sahabat. Apa saya gagal
menjadi sahabat yang baik? Menegur dengan halus sudah saya lakukan, sisanya saya
cuma bisa mendoakanmu dari sini, kawan.
Pakai lagi jilbabmu, tutup lagi auratmu, sampai maut menjemput...
Aamiin
*terinspirasi dari buku terbaru Ust. Felixsiauw "Yuk Berhijab, Hijab tanpa Nanti- Taat tanpa Tapi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar