Bukan..ini bukan soal cinta seperti yang dinyanyikan secara duet
oleh Taylor Swift dan Ed Sheeran.
Saya mulai sadar, semuanya perlahan berubah.
Saya mulai kehilangan sahabat-sahabat saya, satu per satu. Bukan dalam
denotasi sih, ini konotasi.
Haha, jadi inget pelajaran bahasa Indonesia pas SMP. Denotasi itu
makna sebenarnya. Konotasi lebih ke kiasan, atau analogi, atau perumpamaan. Kalau
salah maaf ya, intinya gitu deh :D
Perlahan tapi pasti satu satu meninggalkan status pacarannya ke
jenjang lebih tinggi: pernikahan.
Okelah banyak di antara mereka setahun atau dua tahun lebih tua di
atas saya. But suddenly I feel like hello~isn’t it too fast? Or is it just time
flies so fast? Sampai saya menghitung berapa banyak “bahan” seragam bridesmaid
yang saya terima. Sudah lebih dari lima, mungkin sebentar lagi mencapai sepuluh.
Sedih? SANGAT.
Ah Dhita, sensitif banget sahabat kawin kok lo yang sedih sih....
Entahlah, sedih. Sahabat yang satu ini dekat dari SMA, dan semenjak
dapat tugas internship di kota yang cuma berjarak 62 km dari rumahnya, udah
ngga terhitung berapa kali saya nginep di rumahnya. Main sama ponakan-ponakan
cerdasnya yang cantik-cantik. Bercanda sama bapak ibunya, kakak-kakak iparnya. Feels
like home :’)
Sampai kemudian hari yang ditunggu-tunggu itu tiba. Saya ngga bisa
datang di akad nikahnya—biasa, dapat shift IGD yang ga bisa dituker sama teman
lainnya. Dan di hari resepsi saya tercengang...waaahhh tamu undangannya banyak
sekali. Wajar sih sang bapak sahabat saya orang yang dikenal sangat baik dan
suka menolong. Budaya jawanya kental sekali. Rasanya ingin mengambil melati
yang ada di rangkaian rambutnya, biar cepat nyusul, kata kakak iparnya. Tapi
niat hanya tinggal niat, undangan yang antri salaman sudah berbaris panjang.
Kami foto bersama teman-teman SMA lainnya. Nah, the very moment-nya
itu pas saya lagi makan salah seorang teman nyeletuk “Ta, ga bisa tidur bareng
yuyun lagi dong? Udah punya suami sekarang”----di situ saya merasa
sangat sedih. Alamak, bener juga. Saya ga bisa nginep di rumah itu
lagi...ga bisa seenaknya datang terus masuk kamarnya terus cerita-cerita
terus..terus..terus...
Hari berganti. Beberapa kali dihubungin dan ternyata, iya gitu deh.
Memang status istri jauh berbeda dengan status lajang. Sulit sekali menemui
kamu, sahabat. Yasudah aku bisa apaaahhh:’)
Lalu tentang sahabat yang lainnya. Yang satu ini dua tahun lebih
tua dari saya. Tapi seringan saya bully, jarang manggil pake kak, sering
tidur bareng pas koas dan dai rajin nginep di rumah saya di jakarta- terutama
kalau besoknya ada ujian dan dia belum belajar :3
Tiba-tiba sekali wanita satu ini mulai masuk ke tahap serius dengan
seorang pria dan baru tadi pagi dia bilang bakal diadakan pertemuan keluarga
weekend ini. Aaaaaakk happy to hear that. Tapi kemudian sedih
menghinggapi diri *tsaahh
Sedih lagi
Saya masih punya sahabat lainnya yang masih single kok, tapi
perlahan tapi pasti mereka akan bosan dengan status pacarannya, dan pasti bakal
menikah. Lalu kamu kapan, Dhita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar