Jumat, 23 Oktober 2015

DIET MAYO : failed



Kok gendutan?
Udah enak ya sekarang?makan terus pasti...
Lebar banget cuy!
And so on

Dhita Larasati dengan tinggi badan 156 cm berat badan 60-an kg kalau dihitung pakai BMI sih masuknya memang ke Obese-low risk.. Dan dengan kondisi sedang menjalani hidup di rantau, jauh dari orang tua, uang pas-pasan (pas tipis pasti minta transfer,hehe) dan tanpa beban hidup seperti masa lalu (maaf lebay) berat badan saya melonjak drastis. Padahal tinggal di kota,ups, kabupaten kecil yang makanannya kurang variatif tapi berhubung ngga ada kerjaan jadi bawaannya ngunyah mulu. 

Intinya saya gendut.

Dan saya sampai pada point “oke, gw terlalu gendut, bawa badan jadi berat, baju pada sempit semua dan kalau foto ribet nyari angle yang pas biar keliatan kurus”.

Untungnya (ini khas Indonesia banget, kondisi apapun tetep ada untungnya) sahabat saya dari masa koas dan kebetulan dia ngintilin saya sampe internship ke Bangka juga mengalami kegendutan yang lebih parah. Sebut aja Azza, kadang panggil nama, seringnya pakai Kak karena memang angkatan dan umurnya di atas saya. Azza tinggi badannya tidak lebih dari saya namun berat badannya fantastis melebihi saya. Kebayang? Ngga usah dibayangin deh nanti dia marah. Hahaha. Puas banget sih ngetawain orang, Astagfirullah :D XD

Singkat cerita saya dan Azza memutuskan untuk menguruskan badan dengan beberapa alasan yang tidak bisa disebutkan. Kepo sana sini, browsing, cari testimoni ini itu dan pilihan kami jatuh kepada DIET MAYO. Diet mayo?? Apa itu? Mungkin kalau hidup kamu ga bermasalah sama berat badan, kamu ngga tau dan ga mau tau apa itu diet mayo. Mostly think diet mayo yaaa makannya pake mayones. Totally wrong!

Diet Mayo itu asal katanya dari MayoClinic. Nah, saya  ngga bisa menjabarkan secara detil di sini tentang diet mayo. Dari hasil baca baca di internet cuma di Indonesia saja yang diet mayo nya ketat.
Jadi gini, program diet mayo tersusun dari jadwal menu makanan ataupun minuman kita selama 13 hari (ada juga yang 14 hari). Kita harus ikutin persis yang ada di jadwal which means cheating not allowed. Nyicip seiprit di luar menu berarti diet mayo kamu gagal dan harus ulang dari hari pertama lagi. Dan berhubung di kabupaten kecil ini tidak ada cathering diet mayo, kami memutuskan bikin sendiri. Masak sendiri dengan catatan banyak menu yang diganti karena keterbatasan sumber daya alam dan manusia (halllaaahh).

Ini daftar menu diet mayo 13 hari saya.

Dan hari hari kami lalui dengan, bangun pagi lalu jam 6 ke Pasar Koba. Pulang ke rumah, cuci potong rebus daging ayam atau sapi, atau telur rebus beserta bayam lalu dibawa sebagai bekal untuk ke puskesmas. Lalu pulang untuk menyiapkan makan sore yang harus dimakan sebelum jam 6 sore.

But it’s not as easy as it looks.

Suka telat bangun, malas ke pasar, malas ditanya sama pedagang dagingnya “kok Cuma 1,5 ons? Buat apa?”, lalu menahan godaan teman-teman “cicip dikit kali baksonya”, “enak nih pempeknya”  atau “es buah seger cooooy” dan lain sebagainya. Kenapa kami harus ke pasar setiap pagi? Karena di rumah kostan kami tercinta tidak ada kulkas (ga perlu dikasihani...hiiikss)

Setiap dua hari nimbang, turun berapa kilo ya? Trus ngaca liatin perut, emang kempesan sih. Tapi yang paling berat adalah 2-3 hari pertama diet mayo. Jam 10 kepala mulai pusing, butuh banget makan. Mungkin kalau orang yang kerjanya butuh banget mikir bener-bener ga rekomend diet mayo ini, liat sendiri kan di menu breakfast nya apa aja?hehe
And, here we go..... Hari ke 8 diet mayo saya dan Azza melakukan treatment wajah (tsaelah) sebenernya cuma pealing dan ekstraksi komedo sih. Saat selesai, sambil nunggu masker kering kami berkeluh kesah

“Ta, kayanya diet mayo ga ngefek banget deh. Dulu gw diet seminggu bisa turun lebih dari 5 kilo. Ini udah hari ke 8 baru turun 4 kilo”

“.....”

“gw udahan deh ta diet mayonya”

“yah, berarti gw ke pasar sendiri dong, terus ngerebus sendiri..tinggal 5 hari loh”

Intinya percakapan saat itu diputuskan, berhenti diet mayo. Hasil yang didapat saya dan azza turun kira-kira 4 kilo. Ga maksimal tapi yaasudahlah. Ini semua gara-gara ngga ada kulkas (alasan doang sih :p)

Sekedar info, diet mayo dimulai tanggal 1 Agustus 2015 dan berakhir 8 Agustus 2015. Sejak itu berat saya turun 4 kilo, saya coba maintenance dengan tidak makan malam, berat turun lagi 1 kilo. Sampai blog ini dikeluarkan berat badan saya stagnan di 55 kg dan saya mulai berpikir untuk menurunkan 2-3 kilo lagi *manusia ga pernah puas yaaa

Ini ceritaku yang gagal diet mayo, kalo kamu?

anw. ini oleh oleh foto makanan dan before after nya
Telur rebus + tomat + bayam

bistik sapi + selada

bistik sapi + selada + pir
before and after nya Kak Azza

before and after nya Dhita

Rabu, 08 April 2015

Everything has Changed

Bukan..ini bukan soal cinta seperti yang dinyanyikan secara duet oleh Taylor Swift dan Ed Sheeran.

Saya mulai sadar, semuanya perlahan berubah.

Saya mulai kehilangan sahabat-sahabat saya, satu per satu. Bukan dalam denotasi sih, ini konotasi.
Haha, jadi inget pelajaran bahasa Indonesia pas SMP. Denotasi itu makna sebenarnya. Konotasi lebih ke kiasan, atau analogi, atau perumpamaan. Kalau salah maaf ya, intinya gitu deh :D

Perlahan tapi pasti satu satu meninggalkan status pacarannya ke jenjang lebih tinggi: pernikahan.
Okelah banyak di antara mereka setahun atau dua tahun lebih tua di atas saya. But suddenly I feel like hello~isn’t it too fast? Or is it just time flies so fast? Sampai saya menghitung berapa banyak “bahan” seragam bridesmaid yang saya terima. Sudah lebih dari lima, mungkin sebentar lagi mencapai sepuluh.

Sedih? SANGAT.

Ah Dhita, sensitif banget sahabat kawin kok lo yang sedih sih....

Entahlah, sedih. Sahabat yang satu ini dekat dari SMA, dan semenjak dapat tugas internship di kota yang cuma berjarak 62 km dari rumahnya, udah ngga terhitung berapa kali saya nginep di rumahnya. Main sama ponakan-ponakan cerdasnya yang cantik-cantik. Bercanda sama bapak ibunya, kakak-kakak iparnya. Feels like home :’)

Sampai kemudian hari yang ditunggu-tunggu itu tiba. Saya ngga bisa datang di akad nikahnya—biasa, dapat shift IGD yang ga bisa dituker sama teman lainnya. Dan di hari resepsi saya tercengang...waaahhh tamu undangannya banyak sekali. Wajar sih sang bapak sahabat saya orang yang dikenal sangat baik dan suka menolong. Budaya jawanya kental sekali. Rasanya ingin mengambil melati yang ada di rangkaian rambutnya, biar cepat nyusul, kata kakak iparnya. Tapi niat hanya tinggal niat, undangan yang antri salaman sudah berbaris panjang.

Kami foto bersama teman-teman SMA lainnya. Nah, the very moment-nya itu pas saya lagi makan salah seorang teman nyeletuk “Ta, ga bisa tidur bareng yuyun lagi dong? Udah punya suami sekarang”----di situ saya merasa sangat sedih. Alamak, bener juga. Saya ga bisa nginep di rumah itu lagi...ga bisa seenaknya datang terus masuk kamarnya terus cerita-cerita terus..terus..terus...

Hari berganti. Beberapa kali dihubungin dan ternyata, iya gitu deh. Memang status istri jauh berbeda dengan status lajang. Sulit sekali menemui kamu, sahabat. Yasudah aku bisa apaaahhh:’)

Lalu tentang sahabat yang lainnya. Yang satu ini dua tahun lebih tua dari saya. Tapi seringan saya bully, jarang manggil pake kak, sering tidur bareng pas koas dan dai rajin nginep di rumah saya di jakarta- terutama kalau besoknya ada ujian dan dia belum belajar :3

Tiba-tiba sekali wanita satu ini mulai masuk ke tahap serius dengan seorang pria dan baru tadi pagi dia bilang bakal diadakan pertemuan keluarga weekend ini. Aaaaaakk happy to hear that. Tapi kemudian sedih menghinggapi diri *tsaahh

Sedih lagi

Saya masih punya sahabat lainnya yang masih single kok, tapi perlahan tapi pasti mereka akan bosan dengan status pacarannya, dan pasti bakal menikah. Lalu kamu kapan, Dhita?